7 Gejala Diabetes pada Anak yang Sering Dianggap Sepele

7 Gejala Diabetes – Diabetes bukan hanya penyakit orang dewasa. Jangan salah, anak-anak pun bisa mengalaminya, bahkan sejak usia balita. Yang mengerikan, banyak orang tua menganggap gejala awalnya sebagai hal biasa. Padahal, jika di biarkan, diabetes pada anak bisa berujung pada komplikasi serius hingga membahayakan nyawa. Terlalu banyak kasus yang terlambat di tangani hanya karena kurangnya kewaspadaan.

Berikut ini adalah tujuh gejala diabetes pada anak yang sering di abaikan. Waspadalah—mengenal tanda-tandanya bisa menyelamatkan masa depan buah hati Anda.

1. Sering Buang Air Kecil, Bahkan di Malam Hari

Anak Anda mendadak sering buang air kecil? Terutama saat tidur malam, hingga kembali mengompol meski sebelumnya sudah tidak? Jangan langsung menyalahkan faktor cuaca atau kebiasaan minum sebelum tidur. Kencing berlebihan adalah salah satu tanda paling jelas dari kelebihan glukosa dalam darah. Ginjal terpaksa bekerja ekstra keras untuk membuang gula lewat urin. Ini bukan hal sepele, ini alarm keras dari tubuh anak Anda!

2. Selalu Merasa Haus yang Tak Wajar

Anak Anda terus-menerus minta minum, bahkan setelah baru saja minum banyak? Waspadalah. Rasa haus berlebihan adalah reaksi tubuh terhadap dehidrasi yang di sebabkan oleh buang air kecil yang terlalu sering. Ini adalah lingkaran setan: makin banyak minum, makin sering buang air kecil, dan makin tinggi risiko kehilangan cairan penting. Jangan anggap ini hanya efek cuaca panas atau aktivitas berlebihan.

3. Nafsu Makan Meningkat, Tapi Berat Badan Malah Turun

Ini salah satu gejala yang paling mengecoh. Anak terlihat doyan makan, bahkan rakus, tetapi tubuhnya justru makin kurus? Ini pertanda bahwa tubuhnya tidak bisa menggunakan glukosa sebagai energi. Akibatnya, tubuh mulai ‘memakan’ lemak dan otot sebagai sumber energi alternatif. Ini bukan fase pertumbuhan biasa—ini sinyal kerusakan metabolik yang harus segera di tangani.

Baca juga: https://edustudytour.com/

4. Anak Mudah Lelah dan Lesu

Bukan karena kurang tidur atau main terlalu lama. Jika anak Anda tampak selalu lemas, kehilangan semangat, atau tidak punya tenaga untuk bermain seperti biasanya, bisa jadi ini karena sel-sel tubuhnya kelaparan akan energi. Glukosa yang seharusnya masuk ke dalam sel justru menumpuk di darah, menyebabkan kelelahan kronis. Ini bukan lelah biasa—ini peringatan serius dari sistem energi tubuh.

5. Luka yang Lama Sembuh

Luka kecil di lutut atau goresan karena bermain biasanya akan cepat sembuh pada anak-anak. Tapi kalau luka anak Anda sulit kering, bernanah, atau bahkan memburuk, ini bisa jadi tanda gula darah tinggi yang mengganggu proses penyembuhan. Jangan tunggu sampai infeksi datang menyerang. Ini gejala diabetes yang terlalu sering di anggap remeh.

6. Infeksi Jamur atau Kulit Berulang

Ruam kulit, infeksi jamur di area lipatan, atau kemerahan yang datang dan pergi bisa jadi tanda bahwa sistem kekebalan tubuh anak Anda melemah akibat tingginya kadar gula. Lingkungan dengan kadar glukosa tinggi adalah ladang subur bagi pertumbuhan jamur dan bakteri. Anak yang sering mengalami infeksi seperti ini wajib di periksa gula darahnya.

7. Perubahan Emosional: Mudah Marah atau Murung

Ini yang paling sering dikira “fase pertumbuhan”. Anak mendadak murung, sensitif, mudah marah, atau tampak seperti kehilangan minat pada hal-hal yang di sukainya. Padahal, ini bisa jadi dampak langsung dari ketidakseimbangan gula darah yang memengaruhi fungsi otak. Emosi anak sangat terpengaruh oleh kondisi fisik mereka. Jangan hanya bilang “mungkin dia capek”—waspadai kemungkinan diabetes.


Orang tua harus jeli. Jangan terjebak pada anggapan bahwa diabetes hanya menyerang orang tua dengan gaya hidup buruk. Anak-anak pun rentan, bahkan sejak usia dini. Jika Anda melihat satu atau lebih gejala ini muncul secara konsisten, segera konsultasikan ke dokter dan minta pemeriksaan gula darah. Jangan tunggu parah untuk bertindak. Deteksi dini adalah satu-satunya cara untuk memberi anak Anda kehidupan yang sehat dan normal. Jangan biarkan keteledoran jadi penyebab penyesalan di masa depan.

Exit mobile version