Tes DNA Ungkap Dugaan Penyebab di Balik Kematian Raja Firaun Tutankhamun

Raja Firaun – Selama hampir seabad, misteri kematian Raja Tutankhamun menggantung tanpa jawaban pasti. Raja muda Mesir Kuno yang naik takhta pada usia 9 tahun dan meninggal secara tiba-tiba di usia 19 ini telah memicu teori-teori liar: di bunuh oleh pejabat istana, tewas dalam kecelakaan kereta perang, hingga di kutuk oleh dewa-dewa Mesir. Namun, teknologi modern mulai meruntuhkan tabir mitos tersebut. Serangkaian tes DNA dan CT Scan terhadap mumi Raja Tut mengungkapkan fakta-fakta mengejutkan yang jauh dari kisah dramatis penuh pengkhianatan.

Kerangka yang Rapuh dan Warisan Genetik Berbahaya

Penelitian yang di lakukan oleh tim ilmuwan Mesir pada awal abad ke-21 mengungkapkan bahwa tubuh Raja Tut di penuhi dengan kelemahan bawaan. Tulang-tulangnya rapuh, bentuk tengkoraknya memanjang secara tidak normal, dan kaki kirinya cacat parah https://edustudytour.com/. Ia bahkan membutuhkan tongkat untuk berjalan—fakta yang di perkuat dengan di temukannya lebih dari 130 tongkat di dalam makamnya.

Hasil tes DNA memperkuat dugaan bahwa Tutankhamun adalah produk dari pernikahan sedarah. Ayah dan ibunya di ketahui sebagai saudara kandung, sebuah praktik lazim di kalangan bangsawan Mesir untuk menjaga “kemurnian” darah kerajaan. Namun, tindakan ini justru memperbesar risiko kelainan genetik mematikan. Raja Tut tampaknya menderita kelainan tulang langka serta gangguan sistem kekebalan tubuh yang serius.

Penyakit Mematikan, Bukan Pembunuhan

Tak hanya cacat bawaan, para ilmuwan juga menemukan jejak parasit malaria dalam darah Raja Tutankhamun. Ini menjadikannya salah satu korban malaria tertua yang pernah tercatat secara ilmiah. Gabungan antara sistem kekebalan yang lemah, gangguan tulang yang memburuk, dan serangan malaria ganas di duga menjadi penyebab utama kematiannya. Bukan karena tikaman belati di malam hari, bukan pula karena sabotase politik.

Runtuhnya Mitologi Kematian Sang Firaun

Penemuan ini menghantam keras romantisme arkeologi klasik. Raja Tut bukanlah sosok heroik yang tewas karena perebutan kekuasaan, melainkan remaja rapuh yang menjadi korban warisan genetik bangsawan yang terlalu sibuk menjaga darah biru ketimbang kesehatan keturunannya. Fakta ini memaksa dunia untuk meninjau ulang narasi-narasi kuno yang selama ini di bumbui dengan fantasi dan teori konspirasi.

Kini, mitos itu mulai memudar. Dan di balik keindahan topeng emasnya yang legendaris, kita melihat wajah seorang anak muda yang di bebani takdir tragis dari sejak lahir. Raja yang mati muda, bukan karena kutukan, tapi karena tubuhnya sendiri mengkhianatinya.

Exit mobile version